Halloween party ideas 2015

Penulis : Muhamad Yudha Al Fikri

Islam mempunyai arti selamat, ketika masuk Islam semua akan selamat, 
dari : Jiwa, harta dan harga diri. Kita tahu bahwa Muslim di Indonesia  terbanyak di dunia, tapi yang disayangkan adalah nilai Islam masih jarang diamalkan dalam kehidupan bermasyarakat dan bernegara.

Negara yang beraneka ragam suku dan budaya ini masih tidak faham akan keislamannya. Islam sebagai agama negara, tapi moral tidak pernah ada. 
Islam keturunan memang menghiasi  negeri ini.


Indonesia negara besar dan tentu juga mempunyai masalah yang besar pula, rakyat yang banyak tentu mempunyai persepsi dalam satu masalah yang bervariatif. Pancasila sebagai landasan yang mesti dipegang oleh siapa pun di negeri ini. Jadi kalau  mau menjadi petinggi bangsa, setidaknya mesti faham makna dari pancasila, kononnya seperti itu, walaupun sebuah asumsi tidak selamanya benar.

Kadang orang yang biasa berteriak, " Hidup Pancasila.! "  mereka pula yang merusak tatanan masyarakat. 
Pancasila, sila ke 5 adalah puncak dari sebuah harapan berbangsa yang berbunyi,
" Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia,".

Pertanyaannya, apakah keadilan itu sudah dirasakan oleh seluruh rakyat Indonesia? Bukankah adil itu dekat dengan ketakwaan, sebagaimana difirmankan Allah dalam Al Quran?
Di negeri ini masih banyak ketimpangan sosial, ketidakadilan, kezaliman yang sudah biasa terjadi.

Petinggi negeri ini selalu terbebas dari dosa -  dosa yang mereka telah lakukan, cuci tangan dalam segala permasalahan yang telah mereka perbuat adalah hal lumrah yang biasa ditemukan. Tapi, kalau yang melakukan orang miskin  maka dihukum dengan seberat beratnya. 

Mana implementasi dari sebuah asas negara? Mana Pancasila yang selalu dilaungkan oleh petinggi negeri ini sampai mulut mereka berbusa? Mulut beracun yang selalu diutarakan ketika kampanye,
" Kita mesti mengamalkan Pancasila, ".

Pancasila seperti bumerang buat negeri ini, berbangga dengan Pancasila membuat kita terjerat oleh kata - kata usang yang selalu keluar dari petinggi bangsa. 
Sebagai rakyat biasa, tentu harapan dan cita - cita untuk mendapatkan keadilan itu segera direalisasikan dengan cepat, duit negara banyak dan alokasinya  yang tidak tepat sasaran, padahal yang berteriak Pancasila dan bla bla adalah seorang Muslim. 

Seorang Muslim itu mesti menjaga uang saudaranya dan itu hukumnya wajib  seperti yang tertuang dalam Maqosid Syariah, bukan malah dikorupsi seperti yang terjadi selama ini. Sudah rahasia umum bahwa yang suka masuk KPK ( Komite Pemberantasan Korupsi ) adalah mereka yang beragama Islam, bukan?

Kadang mengelus dada sendiri, korupsi itu dilakukan oleh seseorang yang beragama Islam.
Istilahnya, mana nilai agama yang mereka punya, mana jiwa keislaman dalam diri mereka, mana tendensi dari sebuah kata Islam yang bermakna selamat ? Negara yang bermayoritas Islam ini hanya sekadar data yang tertulis, bukan sikap yang bercerminkan agama.

Moga dikemudian hari agama bukan hanya sebagai identitas saja, melainkan agama menjadi kebutuhan yang tak akan terpisahkan dalam kehidupan.

Amin

Waallahu a'lam

Penulis : Muhamad Yudha Al Fikri

Partai Islam di Indonesia sampai kini tidak ada yang sehebat partai Masyumi yang pernah ada dalam sejarah kepartaian Islam di Indonesia. Partai yang solid yang tidak bisa diintervensi atau dipropoganda oleh siapa pun diinternal partai.

Setelah Indonesia reformasi banyaknya partai Islam bermunculan, partai - partai Islam itu menunjukan visi dan misi, yang diusung pun berbeda walaupun sama - sama partai Islam.

Partai - partai Islam yang ada saat ini yang bisa dikatakan cukup terkenal solid dalam masalah kaderisasi ialah PKS, partai yang mengusung jargon " dakwah " mempunyai basis kader yang cukup loyal. Tapi kalau kita perhatikan bersama, sejak partai ini menjadi partai inklusif atau menjadi partai terbuka membuat banyak para kader keluar sebab partai ini sudah tidak nyaman lagi  dalam meneruskan perjuangan dakwah.

Ketika partai Islam ini masih bernama PK ( Partai Keadilan ) banyak sekali simpatisan yang sungguh luar biasa dari rakyat Indonesia dan harapan yang besar kepada partai yang berbasis dakwah ini, para kader yang sangat terjaga, dakwah yang makin terasa bahkan anggota dewan yang masih bersikap sederhana. 

Tapi, ketika partai ini berubah menjadi partai terbuka, anggota dewan yang sudah berubah, dakwah menjadi nomor dua bukan yang pertama lagi dalam sebuah perjuangan, maka berkuranglah simpatisan dari rakyat Indonesia.

Menurut  KH. Kholil Ridwan, beliau mengaku sangat rindu dengan spirit Partai Keadilan Sejahtera (PKS) layaknya ketika masih bernama Partai Keadilan (PK). Menurutnya ini adalah jalan bagi PKS agar kembali menjadi partai dakwah dan dambaan umat.

“PKS harus kembali kepada PK seperti dulu yang memiliki massa yang solid. Dahulu PK, jangankan yang haram yang makruh saja ditinggalkan.  Jangankan yang wajib, yang sunnah saja dikerjakan,".

Jalan untuk mengembalikan ruh PK sebagai partai militian dan ideologis menurut Ketua Majelis Ulama Indonesia (MUI) adalah dengan cara memanggil kembali para ideolog-ideolog tarbiyah dan PK yang telah dipecat oleh PKS.

“Untuk menjadi seperti PK, PKS harus memanggil kembali para ustadz yang sudah mereka pecat agar mau kembali ke PKS seperti Mashadi, Daud Rasyid, Fathuddin Ja’far, Ihsan Tanjung, dan lain sebagainya". 

Jadi sekarang Pak Anis matta dan dewan syuro mesti berfikir untuk mengembalikan orang - orang hebat yang sudah keluar dari partai ini, semua mesti dikembalikan kepada Asolah ( keasilan ) dakwah, dulu masa ada Ustaz Rahmat Abdullah ruh partai sangat terasa, tapi kini? Semua lebih kepada sifat pragmatis yang tidak lebih dari kekuasaan dan mengejar suara tanpa dilihat proses perjuangan dakwah

Waallahu a'lam

Penulis : Muhamad Yudha Al Fikri

Negara hilang untuk sementara, media tidak berbicara lagi tentang negara sebab Presiden tengah fokus  kepada partainya untuk beberapa hari ini. Presiden memang sebagai figur yang kuat di tubuh partai demokrat. Peringatan untuk demokrat untuk saat ini ialah dimana elektabilitas partai terjun bebas ke 8,3 % yang sebelumnya 20,3%.

Menunjukan ketua umum partai tidak bisa menghandle permasalahan yang ada di demokrat hingga membuat Pak Presiden lupa akan identitasnya bahwa beliau masih seorang Presiden, mestinya beliau fokus kepada rakyat, bukan hanya fokus ke partainya saja, sangat disayangkan.

Sebenarnya itu masalah ada di Pak Anas yang masih menjabat sebagai ketua umum, kalau beliau turun dari ketua umum atau bersedia diganti oleh yang lebih baik itu akan membuat konflik diinternal partai tidak sampai membuat heboh negara, memang kalau kita lihat dari struktural dan kesolidan partai, demokrat berada di titik terbawah dalam partai  - partai yang akan besaing di 2014 nanti.

Sebab demokrat masih menjadikan figur untuk menarik konstituen dari masyarakat Indonesia. Bukan kepada kapabilitas dan kredibilitas dalam membina partai demokrat dan melakukan rekonsiliasi partai dengan kokoh.

Memang secara hukum rasionalitas bahwa partai yang bersandar kepada figur itu tidak akan pernah bertahan lama dalam dunia demokrasi di Indonesia, sebab kenapa? karena kalau bersandar terhadap figur itu tidak akan lama hidup partai itu,  hanya dua periode saja bisa menjabat Presiden sebagaimana yang terjadi kepada Pak Sby sekarang ini.

Elektabilitas yang menurun tajam, apakah salah dari ketua umum demokrat atau memang kurang perhatiannya Pak Sby ke partai demokrat?
tapi, kalau dilihat kembali dan ditelusuri, awal perpecahan partai ini ialah ketika para kader di daerah sudah tidak suka dengan sikap Pak Anas yang masih " buronan" KPK dan masuk dalam media massa tiap hari, membuat masyarakat semakin mengenal partai Demokrat yang banyak terseret kasus korupsi, padahal Pak Sby yang membuat KPK, tapi banyak dari kader - kader nya masuk dalam kandang macan ( KPK ) 

Korupsi seperti hal yang sudah lumrah kita dengar  banyak dilahirkan oleh para kader demokrat, bahkan yang membuat orang tercengang adalah ketika Andi Malarangeng ditetapkan sebagai tersangka yang pada waktu itu masih menjabat sebagai Menteri olahraga, jadi wajar saja pada masa itu PSSI dan KPSI itu tidak pernah selesai masalah yang terus menerpa olahraga nasional, ya toh Menterinya pun tidak serius dalam membenahi persepakbola-an Nasional. 

Hambalang sebagai harapan rakyat Indonesia yang ingin dijadikan pusat pembinaan dan memajukan olahrga nasional dikorupsi, coba bayangkan, tempat yang diharapkan banyak melahirkan orang -orang berbakat dalam bidang olahraga malah dikorup.

Tidak bisa dimengerti kenapa para pejabat negeri ini masih miskin nasioanlisme, kadang tidak bisa difahami bahwa pemegang kebijakan di negeri ini masih terlalu naif dan  masih berani untuk terus mengumbar janji memajukan rakyat atau membela rakyat.

Maka ada harapan tanpa berujung ialah dimana negeri ini tidak akan terlepas dari kasus korupsi yang tentunya karakter pejabat negara sudah mengakar, dosa para pendahulu negeri ini membuat anak dan cucu terus mengikuti jejak para pendahulu.

Satu cara membebasan negeri ini dari kasus korupsi adalah koruptor dihukum gantung, biar semua rakyat melihat bahwa kebijakan bukan hanya tajam ke bawah tapi tumpul ke atas. Kebijakan itu dibuat bukan untuk rakyat kecil saja, melainkan untuk petinggi negara juga.

Mungkinkah keadilan dalam kebijakan bisa terjadi di negeri kita, negeri yang sudah penuh dengan dosa - dosa yang terus mengalir dari pendahulu dan diteruskan oleh generasi setelahnya? Sebab semua orang sudah terjebak oleh sistem yang ada dan tidak bisa terlepas tanpa semangat yang kuat untuk merubah bangsa sambil membuka kembali sejarah para pahlawan negeri ini sebagai pemompa semangat jiwa nasionalis yang sudah memudar.

Sebab korupsi di negeri ini sudah menjadi hobi bagi para pejabat dan itu adalah pil pahit yang mesti ditelan oleh rakyat Indonesia, moga generasi di masa akan datang bisa merubah negara ini menjadi lebih baik lagi.
Amin.

Waalahu a'alam
Powered by Blogger.